NIAS PULAU IMPIAN
Ya’ahowu!
Begitulah
sapaan khas di Pulau Nias. Kalau di Tanah Batak kita berkata ”Horas” maka di
Nias di kenal sapaan “Ya’ahowu”. Pulau seluas 5.625 km² ini memiliki
pemandangan alam yang sangat indah. Wisata bahari tentu saja menjadi yang utama
dengan pantai Sorake dan Lagundri Bay yang terkenal ke penjuru dunia dengan
spot surfing (selacar) berkelas internasional.
GAMBAR PANTAI SORAKE
GAMBAR PANTAI LAGUNDRI
Pulau Nias atau Tanö Niha terdiri dari 132 pulau
besar dan kecil. Membayangkan pulau Nias persis membayangkan luas pulau Selayar
dua kali lipat, dengan pulau-pulau di sekitarnya seperti pulau Bonerate dan
Jampea. Inilah sedikit gambaran dari pulau Nias tercintaku.
Melalui tulisan saya ini, saya akan menceritakan
sebuah desa di pulau Nias, tepatnya di Nias bagian selatan. Desa ini dikenal
dengan nama desa Bawomataluo. Desa ini terletak di kawasan wisata pantai Sorake
dan pantai Lagundri. Selain kawasan Wisata Bahari, di desa ini terdapat juga
tempat wisata kebudayaan megalitikum.
GAMBAR DESA BAWOMATALUO
Desa Bawomataluo, merupakan desa adat yang cukup terkenal di kabupaten
Nias Selatan. Desa wisata ini banyak dikunjungi oleh wisatawan domestik maupun
mancanegara. Bawomataluo memiliki arti bukit matahari. Dari posisinya saja desa
ini sudah mampu menarik wisatawan untuk berkunjung. Sesuai dengan namanya desa
ini terletak di daerah perbukitan dengan hawa yang sejuk. Uniknya permukaan di
desa Bawomataluo tersusun oleh bebatuan, berbeda dengan derah lainnya yang
tertutup tanah.
Konon, desa ini
sudah ada sejak 300 tahun lalu, atau lebih tepatnya zaman megalitikum atau batu
besar. Sebagai bukti di desa ini masih terdapat sisa-sisa bangunan di zaman
itu. Contohnya, rumah adat Raja Nias yang sekarang menjadi tempat tinggal untuk
keturunan keempat dari Raja Nias. Selain itu ada juga balai musyawarah yang
tempat duduknya terbuat dari bebatuan.
Di tempat ini
wisatawan juga akan menjumpai kompleks rumah adat Nias yang paling besar. Selain itu, kehidupan di sdesa Bawomataluo masih sangat asli, lengkap dengan
tradisi tradisinya, seperti rumah adat, tradisi lompat batu, tarian perang, dan
budaya peninggalan megalitikum. Jadi, wajar saja jika berkunjung ke desa ini,
wisatawan akan merasakan suasana yang sangat berbeda.
Keunikan desa
ini sudah bisa terlihat saat wisatawan menaiki tangga pintu masuk desa.
Meskipun sudah berusia ratusan tahun bangunan tua yang ada di sini masih
terjaga sangat baik. Selain bangunan-bangunannya, yang unik dari desa ini ialah
adanya sebuah meriam Belanda yang tidak pernah berpindah tempat dan di dekat
meriam itu terdapat batu-batu berwarna hitam dan panjangnya mencapai 10 meter.
Menurut masyarakat Nias, batu panjang itu adalah tempat duduk raja Nias jika
sedang menyampaikan sesuatu untuk rakyatnya.
TANGGA MENUJU DESA BAWOMATALUO
Wisatawan yang
ingin mengunjungi desa wisata ini bisa memulai dari Bandara Kualanamu Medan,
kemudian dilanjutkan menggunakan penerbangan lokal menuju Bandar Udara Binaka,
Gunung Sitoli, Nias. Penerbangan ini memerlukan waktu tempuh lebih kurang 1
jam. Setelah itu, perjalanan dilanjutkan dengan menyusuri jalan berbukit dan
berkelok sejauh 15 kilometer. Namun akses menuju
Desa ini sangat susah. Jalanan yang jelek berupa bebatuan
masih setia menemani, juga sungai pun harus diseberangi.
AKSES MENUJU DESA BAWOMATALUO
TANJAKAN TERJAL MENUJU KOMPLEK BATU MEGALITIKUM
Saya
sebagai putra daerah, berkeinginan untuk membangun pulau Nias dengan
mengembangkan sektor wisata. Dengan latar belakang saya sebagai seorang
mahasiswa sipil, untuk mengembangkan wisata perlu akses jalan yang memadai agar
wisatawan dapat dengan mudah menuju lokasi wisata.
Selain
itu perlu revitalisasi produk pariwisata, strategi ini dapat dilakukan melalui
promosi di berbagai media, baik cetak maupun elektronik, brosur/leaflet ataupun
sosial media yang menyajikan informasi potensi wisata dan kondisi kemanan suatu
daerah. Melalui strategi ini saya juga berkeinginan membangun fasilitas
jaringan internet di desa Bawomataluo. Sehingga masyarakat yang tinggal di desa
tersebut dapat dengan mudah berkomunikasi di media sosial dan dapat membantu
mempromosikan potensi pariwisata yang ada di desa Bawomataluo. Sehingga para
wisatawan dapat dengan mudah memperoleh informasi tentang pariwisata yang ada
di desa Bawamataluo dari penduduk lokal, sehingga dengan membangun fasilitas
jaringan Internet di desa ini dapat membantu untuk menarik minat para wisatawan
lebih banyak untuk berwisata di desa Bawamataluo.
Pembangunan
jaringan internet di desa Bawomataluo ingin saya wujudkan karena terinspirasi
dari sebuah Desa bernama Melung, Banyumas, Jawa Tengah tepatnya di Lereng
Gunung Slamet. Dimana di desa ini hampir semua wilayahnya terhubung jaringan
internet.
Apa yang sudah dilakukan desa Melung ini untuk
membangun jaringan internet di wilayahnya sangat menginspirasi saya untuk
mewujudkannya di desa Bawomataluo. Semoga ke depannya Pulau Nias terlebih desa
Bawomataluo menjadi destinasi wisata para turis baik lokal maupun mancanegara
sehingga dapat memajukan dan mewujudkan Pulau Nias sebagai “Pulau Impian”.
0 komentar:
Posting Komentar