Sabtu, 29 Oktober 2016

NIAS PULAU IMPIAN

NIAS PULAU IMPIAN


Ya’ahowu!




Begitulah sapaan khas di Pulau Nias. Kalau di Tanah Batak kita berkata ”Horas” maka di Nias di kenal sapaan “Ya’ahowu”. Pulau seluas 5.625 km² ini memiliki pemandangan alam yang sangat indah. Wisata bahari tentu saja menjadi yang utama dengan pantai Sorake dan Lagundri Bay yang terkenal ke penjuru dunia dengan spot surfing (selacar) berkelas internasional. 

GAMBAR PANTAI SORAKE

GAMBAR PANTAI LAGUNDRI


Pulau Nias atau Tanö Niha terdiri dari 132 pulau besar dan kecil. Membayangkan pulau Nias persis membayangkan luas pulau Selayar dua kali lipat, dengan pulau-pulau di sekitarnya seperti pulau Bonerate dan Jampea. Inilah sedikit gambaran dari pulau Nias tercintaku.

Melalui tulisan saya ini, saya akan menceritakan sebuah desa di pulau Nias, tepatnya di Nias bagian selatan. Desa ini dikenal dengan nama desa Bawomataluo. Desa ini terletak di kawasan wisata pantai Sorake dan pantai Lagundri. Selain kawasan Wisata Bahari, di desa ini terdapat juga tempat wisata kebudayaan megalitikum.


GAMBAR DESA BAWOMATALUO


Desa Bawomataluo, merupakan desa adat yang cukup terkenal di kabupaten Nias Selatan. Desa wisata ini banyak dikunjungi oleh wisatawan domestik maupun mancanegara. Bawomataluo memiliki arti bukit matahari. Dari posisinya saja desa ini sudah mampu menarik wisatawan untuk berkunjung. Sesuai dengan namanya desa ini terletak di daerah perbukitan dengan hawa yang sejuk. Uniknya permukaan di desa Bawomataluo tersusun oleh bebatuan, berbeda dengan derah lainnya yang tertutup tanah.

Konon, desa ini sudah ada sejak 300 tahun lalu, atau lebih tepatnya zaman megalitikum atau batu besar. Sebagai bukti di desa ini masih terdapat sisa-sisa bangunan di zaman itu. Contohnya, rumah adat Raja Nias yang sekarang menjadi tempat tinggal untuk keturunan keempat dari Raja Nias. Selain itu ada juga balai musyawarah yang tempat duduknya terbuat dari bebatuan.



Di tempat ini wisatawan juga akan menjumpai kompleks rumah adat Nias yang paling besar. Selain itu, kehidupan di sdesa Bawomataluo masih sangat asli, lengkap dengan tradisi tradisinya, seperti rumah adat, tradisi lompat batu, tarian perang, dan budaya peninggalan megalitikum. Jadi, wajar saja jika berkunjung ke desa ini, wisatawan akan merasakan suasana yang sangat berbeda.

Keunikan desa ini sudah bisa terlihat saat wisatawan menaiki tangga pintu masuk desa. Meskipun sudah berusia ratusan tahun bangunan tua yang ada di sini masih terjaga sangat baik. Selain bangunan-bangunannya, yang unik dari desa ini ialah adanya sebuah meriam Belanda yang tidak pernah berpindah tempat dan di dekat meriam itu terdapat batu-batu berwarna hitam dan panjangnya mencapai 10 meter. Menurut masyarakat Nias, batu panjang itu adalah tempat duduk raja Nias jika sedang menyampaikan sesuatu untuk rakyatnya.

TANGGA MENUJU DESA BAWOMATALUO


Wisatawan yang ingin mengunjungi desa wisata ini bisa memulai dari Bandara Kualanamu Medan, kemudian dilanjutkan menggunakan penerbangan lokal menuju Bandar Udara Binaka, Gunung Sitoli, Nias. Penerbangan ini memerlukan waktu tempuh lebih kurang 1 jam. Setelah itu, perjalanan dilanjutkan dengan menyusuri jalan berbukit dan berkelok sejauh 15 kilometer. Namun akses menuju Desa ini sangat susah. Jalanan yang jelek berupa bebatuan masih setia menemani, juga sungai pun harus diseberangi.

 AKSES MENUJU DESA BAWOMATALUO

TANJAKAN TERJAL MENUJU KOMPLEK BATU MEGALITIKUM

Saya sebagai putra daerah, berkeinginan untuk membangun pulau Nias dengan mengembangkan sektor wisata. Dengan latar belakang saya sebagai seorang mahasiswa sipil, untuk mengembangkan wisata perlu akses jalan yang memadai agar wisatawan dapat dengan mudah menuju lokasi wisata.

Selain itu perlu revitalisasi produk pariwisata, strategi ini dapat dilakukan melalui promosi di berbagai media, baik cetak maupun elektronik, brosur/leaflet ataupun sosial media yang menyajikan informasi potensi wisata dan kondisi kemanan suatu daerah. Melalui strategi ini saya juga berkeinginan membangun fasilitas jaringan internet di desa Bawomataluo. Sehingga masyarakat yang tinggal di desa tersebut dapat dengan mudah berkomunikasi di media sosial dan dapat membantu mempromosikan potensi pariwisata yang ada di desa Bawomataluo. Sehingga para wisatawan dapat dengan mudah memperoleh informasi tentang pariwisata yang ada di desa Bawamataluo dari penduduk lokal, sehingga dengan membangun fasilitas jaringan Internet di desa ini dapat membantu untuk menarik minat para wisatawan lebih banyak untuk berwisata di desa Bawamataluo.

Pembangunan jaringan internet di desa Bawomataluo ingin saya wujudkan karena terinspirasi dari sebuah Desa bernama Melung, Banyumas, Jawa Tengah tepatnya di Lereng Gunung Slamet. Dimana di desa ini hampir semua wilayahnya terhubung jaringan internet.





Apa yang sudah dilakukan desa Melung ini untuk membangun jaringan internet di wilayahnya sangat menginspirasi saya untuk mewujudkannya di desa Bawomataluo. Semoga ke depannya Pulau Nias terlebih desa Bawomataluo menjadi destinasi wisata para turis baik lokal maupun mancanegara sehingga dapat memajukan dan mewujudkan Pulau Nias sebagai “Pulau Impian”.



           




0 komentar:

Posting Komentar